oleh: Wahyudi
mencerahkan.com – ALHAMDULILLAH Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Jawa Tengah yang digelar pada tanggal 3-5 Maret 2023 di kota Tegal telah berakhir. Tentunya dengan berakhirnya Musywil, akan menyisakan kegelisahan meskipun nanti akan segera pulih. Karena selama 7 tahun, kami selalu bersama untuk berdiskusi dan memecahkan persoalan keumatan, persyarikatan dan kebangsaan. Meskipun kami hanya bertemu dalam rapat rutin yang tadinya dilaksanakan pada hari Kamis dirubah menjadi hari Rabu, dengan pertimbangan menghormati yang sedang puasa sunah, tetapi pertemuan pada forum rapat itu penuh makna karena dilandasi keikhlasan dan pengabdian hanya kepada Allah SWT melalui Persyarikatan Muhammadiyah yang kita cintai. Meminjam istilah Roger Gross (2013), adanya hubungan interpersonal yang dibangun dengan empati, saling menghargai, bersifat positif dan saling memelihara keterbukaan.
Komposisi bangunan yang di awal tahun 2016 berjumlah 15 orang, dengan bertambahnya waktu berubah menjadi 12 orang. Ada penambahan satu personal, dan empat anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah yang telah dipanggil lebih dahulu oleh Allah SWT., yaitu; Dr. H. Darori Amin, MA., Drs. H. M. Yazid Jamil, M. Pd., H. Bisyron Muhtar, S. Ag, M. SI., dan Prof. Dr. H. Yusuf Suyono, MA. Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni kesalahan almarhum, menerima amal shalehnya, dan menempatkan pada posisi yang mulia di sisi Allah SWT.
Salah satu dari agenda Musywil Muhammadiyah Jawa Tengah adalah pemilihan anggota pimpinan, maka konsekuensinya adalah adanya perpisahan di antara kita meskipun secara batiniah masih melekat erat jalinan persaudaraan, yang tidak akan putus. Tidak semua anggota pimpinan periode muktamar 47 terpilih sebagai anggota pimpinan periode sekarang. Drs. KH. Musman Tholib, M.Ag.; Prof. Dr. H. Daelamy, SP; Prof. Dr. H. Suparman Syukur, MA.; Dr. H. Ari Anshori, M.Ag.; Drs. H. Ali Muhson, M.Ag, M.Pd, MH, MM; dan Dr. dr. H. Shofa Chasani, Sp.PD-KGH, FINASIM, adalah guru-guru dan juga bapak-bapak kami. Kami banyak belajar dari pengalaman dan kedalaman ilmu beliau. Kesalehan dan keikhlasannya patut menjadi teladan. Akhlak mulia dan kegigihan dalam berjuang selayaknya untuk ditiru.
Drs. KH. Musman Tholib, M.Ag.; Prof. Dr. H. Daelamy, SP; Prof. Dr. H. Suparman Syukur, MA.; Dr. H. Ari Anshori, M.Ag.; Drs. H. Ali Muhson, M.Ag, M.Pd, MH, MM; dan Dr. dr. H. Shofa Chasani, Sp.PD-KGH, FINASIM merupakan sosok pejuang Tangguh, dan penuh pengabdian. Bagaimana tidak?
Drs. KH. Musman Tholib, M.Ag., selalu hadir dan tidak pernah absen ketika mendengar ada yang kesripahan, orang sakit, dan membutuhkan pertolongan. Hatinya senantiasa terpanggil untuk meringankan beban orang lain demi pengabdiannya kepada Allah SWT.; Prof. Dr. H. Daelamy, SP., setiap hari Rabu menempuh perjalanan dari Banyumas – Semarang pulang pergi, sekitar 12 jam untuk perjalan sedangkan rapat hanya kisaran selama 6 jam. Jarang kita menemukan sosok seperti beliau, disamping rajin, dan produktif menulis buku, beliau sangat tegas dalam berpendapat. Demikian pula Prof. Dr. H. Suparman Syukur, MA., beliau senantiasa mengabdikan dirinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga sebagian tanahnya dibangun untuk mengembangkan agama melalui pondok yang didirikan, semangat pengabdiannya luar biasa.
Dr. H. Ari Anshori, M.Ag.; sosok yang tidak pernah menghitung waktu untuk pengabdian, dirinya diwakafkan untuk pengembangan kader, tidak hanya dalam ranah lokal Jawa Tengah tetapi juga nasional. Demikian pula Drs. H. Ali Muhson, M.Ag, M.Pd, MH, MM., beliau sosok yang sangat mencitai ilmu, hingga gelar keilmuannya sangat banyak. Waktunya Sebagian besar digunakan untuk mengembangkan ajaran Islam melalui ceramah-ceramahnya yang menggelegar sehingga membuat jamaahnya simpatik. Berbeda dengan Dr. dr. H. Shofa Chasani, Sp.PD-KGH, FINASIM, adalah seorang dokter yang ringan tangan tanpa memandang waktu dalam melayani pasien. Hampir seluruh waktunya digunakan untuk pengabdian melalui profesinya sebagai dokter.
Itulah sekilas sosok yang memiliki jiwa pengabdian tanpa batas, seluruh hidupnya digunakan untuk mengabdi hanya kepada Allah SWT., melalui profesi, dan bidang ilmunya masing-masing. Meskipun beliau saat ini tidak lagi masuk jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, beliau tetap berkarya, berkreasi dan mengabdikan dirinya kepada Allah SWT melalui persyarikatan. Berdakwah, membina ummat, dan mengembangkan amal usaha Muhammadiyah merupakan lahan yang terus beliau digarap. Pengabdian tanpa batas inilah yang membuat kami bersemangat dan termotivasi. Mudah-mudahan dengan semangat pengabdian tanpa batas ini terwujudlah Muhammadiyah yang memajukan Jawa Tengah mencerahkan semesta.